1. IMAN YANG BESAR, adalah sebuah istilah yang pengertiannya kira-kira sama dengan: “iman
yang hidup” (Yak 2:14-26), “iman yang berkualitas”, “iman yang berkelas”, dan
“iman yang mendapat pujian”. Setelah ibadah ini, kita diharapkan dapat
mempunyai iman yang lebih besar dibandingkan dengan iman sebelumnya.
2. Tokoh panutan kita hari ini, datang
kepada Yesus dengan iman yang besar.
Ø Ia seorang perempuan yang tinggal di
Tirus. Namanya tidak disebutkan dalam Alkitab, tidak masalah. Tokh, yang akan
kita pelajari adalah “imannya yang besar itu”, supaya iman kita juga menjadi
iman yang besar, iman yang hidup, yang berkualitas.
Ø Putrinya sedang menderita karena dirasuk
setan
Ø Saat Yesus datang ke kotanya,
perempuan ini segera berlari-lari, datang kepada Yesus (saya
ulang!) Tentu saja sebelum bertemu secara langsung, ia sudah belajar (dari
pendengaran) siapa itu Yesus, bagaimana dan mengapa Yesus menyembuhkan orang sakit. Walau selama ini, belum
pernah bertemu dengan Yesus, tapi ia sudah paham, sudah mengetahui, (sudah
kenal) siapa Yesus. Kita juga dapat melakukan itu. Belajar memahami, belajar
mengenali, belajar memahami Yesus.
Ø Kesimpulan dari apa yang sudah
dipelajarinya tentang Yesus: Ia percaya bahwa Yesus mau dan sanggup menyembuhkan
anaknya (baca ulang!)
ITULAH TANDA (CIRI) AWAL IMAN
YANG BESAR. Ya, itu baru tanda awal.
3. Selain tanda
awal di atas, yakni percaya bahwa Yesus mau dan sanggup menyelamatkan, saya
akan perkenalkan tiga ciri-ciri (tanda-tanda) lain iman yang besar yakni:
1)
Tahu apa
yang harus dilakukan
2)
Tekun dan
dapat menguasai diri
3)
Tahan uji
(mentalnya kuat)
4. Pertama, “Tahu apa yang harus dilakukan”
Ø Dari kejauhan ia berseru-seru memohon
pertolongan Yesus. Ia berseru dengan suara nyaring: "Kasihanilah aku, ya
Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita”.
(Mat 15:22).
Ø Ia tahu apa yang harus dilakukan –
datang kepada Yesus dengan iman yang hidup!
Ø Sebagai hamba Tuhan, seharusnya kita
tahu apa yang harus kita lakukan. Tujuan kita membaca dan mendengarkan firman
Tuhan adalah supaya kita tahu apa yang harus kita lakukan.
5. Kedua, “Wanita Kanaan ini tekun dan ulet”
Ø Perhatikanlah, Yesus seperti “tidak peduli”
(baca: ayat 23), ironisnya, murid-murid Yesus malah merasa terganggu. Bukannya
memberi dukungan, mereka menyuruh Yesus untuk mengusirnya. Apakah Saudara juga
seperti itu? Murid Yesus tapi tidak berbelas kasih kepada orang yang menderita?
Egoiskah? Kita merasa pekerjaan kita terlalu banyak dan tanggungan kita lebih
berat sehingga tidak sanggup lagi berempati terhadap orang lain.
Ø Tapi perempuan itu terus
berteriak-teriak, memohon-mohon sampai Yesus berkata: "Aku diutus hanya
kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Ampun! begitukah jawaban
Yesus? Itu bukan jawaban yang diharapkan.
Ø Seolah-olah perempuan itu harus tahu
diri. Ia seorang Kanaan, bukan Yahudi. Pilihan yang paling tepat adalah
berhenti dan tidak berdoa lagi. Tapi lihat, ia adalah perempuan tangguh, ia justru mendekat dan menyembah Yesus sambil
berkata: "Tuhan, tolonglah aku.” Itulah arti ketekunan. Tetaplah berdoa
walaupun seperti mendapat penolakan.
6. Perempuan itu tidak menyerah; “Ia anak
Tuhan bangat” (saya ulang!) mengapa?: Perempuan
itu adalah seorang yang tekun dan tahan uji”.
Ø Ketika Yesus berkata: “Tidak patut
mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada
anjing”, dengan lantang, wanita Kanaan itu berkata: "Benar Tuhan, namun
anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”. Luar biasa!
Ø Hamba Tuhan harus selalu berserah
kepada Tuhan. Tapi ketika
menghadapi kesulitan, kesulitan apa pun
itu dan seberapa rumit pun kesulitan itu, kita tidak perlu menyerah.
Komentar
Posting Komentar