Langsung ke konten utama

IMAN YANG BESAR -- Nas: Matius 15:16-21

 



 

1.     IMAN YANG BESAR, adalah sebuah istilah yang pengertiannya kira-kira sama dengan: “iman yang hidup” (Yak 2:14-26), “iman yang berkualitas”, “iman yang berkelas”, dan “iman yang mendapat pujian”. Setelah ibadah ini, kita diharapkan dapat mempunyai iman yang lebih besar dibandingkan dengan iman sebelumnya.

 

2.     Tokoh panutan kita hari ini, datang kepada Yesus dengan iman yang besar.

Ø Ia seorang perempuan yang tinggal di Tirus. Namanya tidak disebutkan dalam Alkitab, tidak masalah. Tokh, yang akan kita pelajari adalah “imannya yang besar itu”, supaya iman kita juga menjadi iman yang besar, iman yang hidup, yang berkualitas.

Ø Putrinya sedang menderita karena dirasuk setan

Ø Saat Yesus datang ke kotanya, perempuan ini segera berlari-lari, datang kepada  Yesus (saya ulang!) Tentu saja sebelum bertemu secara langsung, ia sudah belajar (dari pendengaran) siapa itu Yesus, bagaimana dan mengapa Yesus menyembuhkan orang sakit. Walau selama ini, belum pernah bertemu dengan Yesus, tapi ia sudah paham, sudah mengetahui, (sudah kenal) siapa Yesus. Kita juga dapat melakukan itu. Belajar memahami, belajar mengenali, belajar memahami Yesus.

Ø Kesimpulan dari apa yang sudah dipelajarinya tentang Yesus: Ia percaya bahwa Yesus mau dan sanggup menyembuhkan anaknya (baca ulang!)

ITULAH TANDA (CIRI) AWAL IMAN YANG BESAR. Ya, itu baru tanda awal.

 

3.     Selain tanda awal di atas, yakni percaya bahwa Yesus mau dan sanggup menyelamatkan, saya akan perkenalkan tiga ciri-ciri (tanda-tanda) lain iman yang besar yakni:

1)     Tahu apa yang harus dilakukan

2)     Tekun dan dapat menguasai diri

3)     Tahan uji (mentalnya kuat)

4.     Pertama, “Tahu apa yang harus dilakukan”

Ø Dari kejauhan ia berseru-seru memohon pertolongan Yesus. Ia berseru dengan suara nyaring: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita”. (Mat 15:22).

Ø Ia tahu apa yang harus dilakukan – datang kepada Yesus dengan iman yang hidup!

Ø Sebagai hamba Tuhan, seharusnya kita tahu apa yang harus kita lakukan. Tujuan kita membaca dan mendengarkan firman Tuhan adalah supaya kita tahu apa yang harus kita lakukan.

 

5.     Kedua, “Wanita Kanaan ini tekun dan ulet”

Ø Perhatikanlah, Yesus seperti “tidak peduli” (baca: ayat 23), ironisnya, murid-murid Yesus malah merasa terganggu. Bukannya memberi dukungan, mereka menyuruh Yesus untuk mengusirnya. Apakah Saudara juga seperti itu? Murid Yesus tapi tidak berbelas kasih kepada orang yang menderita? Egoiskah? Kita merasa pekerjaan kita terlalu banyak dan tanggungan kita lebih berat sehingga tidak sanggup lagi berempati terhadap orang lain.

Ø Tapi perempuan itu terus berteriak-teriak, memohon-mohon sampai Yesus berkata: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Ampun! begitukah jawaban Yesus? Itu bukan jawaban yang diharapkan.

Ø Seolah-olah perempuan itu harus tahu diri. Ia seorang Kanaan, bukan Yahudi. Pilihan yang paling tepat adalah berhenti dan tidak berdoa lagi. Tapi lihat, ia adalah perempuan tangguh, ia justru mendekat dan menyembah Yesus sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku.” Itulah arti ketekunan. Tetaplah berdoa walaupun seperti mendapat penolakan.

 

6.     Perempuan itu tidak menyerah; “Ia anak Tuhan bangat” (saya ulang!) mengapa?: Perempuan itu adalah seorang yang tekun dan tahan uji”.

Ø Ketika Yesus berkata: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”, dengan lantang, wanita Kanaan itu berkata: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”. Luar biasa!

Ø Hamba Tuhan harus selalu berserah kepada Tuhan. Tapi  ketika menghadapi  kesulitan, kesulitan apa pun itu dan seberapa rumit pun kesulitan itu, kita tidak perlu menyerah.

Komentar